untuk Apa?

'Gae opo to bahasa inggris ki? Suk lek mati, malaikat yo ra bakal tekon nggo bahasa inggris'. Kata guru TPA ku, tegas.

Perlahan, Ku telan lidah. pahit.
Ku tatap satu persatu teman2ku, mimik mukanya masih sama sepertiku. Bisu.

Usiaku waktu itu masih duduk di bangku SD.
Kebetulan memang Mbku kuliah di sastra inggris. Jadi, dengan kalimat ustadzku td diriku merasa sedang di pojokan.

Ku adukan ke Mbku.
'Tak apa. Biarkan saja'. Katanya tulus.

Lalu, diriku masuk di bangku smp.
Beratap di pesantren dengan basic tahfidz.
Baru bersemayam 2 bulan sdh menginjak liburan, Ramadhan.

Kembali ku langkahkan kaki untuk mengikuti TPA di rmh .
Ustdnya masih sama.

'Gae opo ngapalke Qur'an lek ra iso le ngamalke. Mending ra usah apal timbang keno laknat'. Katanya di majlis tpa.

Jujur. Di usia itu q sama sekali belum paham apa arti 'ngamalke'. Tp, hatiku bisa merasakan apa itu sakit.

Saat itu, motivasiku benar2 hancur.
Usia rentan untuk memutuskan sesuatu berasa ingin putus.

Bagaimana mungkin ustadzku justru berkata seperti itu?
Ku genggam dalam diam. Q tak akan cerita ke siapapun.

Hafalanku terus berlanjut.
Motivasi guru2ku, orang tuaku, kluarga besar ku, selalu sama.
Memberi iming2. Dari segi dunia ataupun di akhirat kelak.

'Kalo sampean khafidzah nanti gini, gitu dll'.

Hariku semakin bersemangat, ketika berhasil mengikuti english cours dari fee center. Kampung inggris, kediri.

'Untuk apa belajar bahasa inggris? Kalian itu di pesantren. Dakwahnya jgn hanya local saja, sdh banyak guru ngaji d rmh.
Bagaimana jika ada turis yang datang ingin belajar agama? Atau mungkin bisa lihat di thailand sana. mereka butuh banyak guru agama, yang bisa berbahasa inggris.
Juga mapel sekolah saat ini, semua ada bahasa inggrisnya.'. Mr.Malik said.

Hatiku tergugah.
harus mempunyai mindset 'prekspektif global'.
Memandang sesuatu dengan jangkauan luas.
Tidak hanya berlutut pada satu sisi.
Agar tidak mudah menyalahkan sisi yang lain.

Sampai beberapa pekan lalu.
Ku lihat beberapa ibu tergopoh, dengan membawa buku tugas anaknya.

'Nderek di ajari nggarap bahasa inggris. Kula mboten mudeng blas'. Katanya merendah.

Juga seorang guru ngaji yang mencoba mendekati.

'Kula pngen anake, saged hafalan. Apa lagi dengan nada murottal'.

Batinku, menang.
Selama ini kemana saja?
Sudahkah terjawab pertanyaan
'Untuk apa hafalan Qur'an? untuk apa bahasa inggris?'.

Sungguh, yang kelak membutuhkan,
juga dari anak turun kita sendiri.

Dari sini saya bnyak belajar.
Untuk mendorong anak-anak di sekolah, maupun rumah.
Agar terus mengejar apa yang dia suka.
Apa yang menjadi mimpinya.

Tentunya,
Selama itu dalam kebaikan.
Selama itu bermanfaat untuk umat.
Selama itu mengantar ke dekapan sang pencipta.

Khamasah😊